Kamis, 24 Februari 2011

Press Released Bentrokan Pro-Nurdin Halid Vs Non-Nurdin Halid

12986028151994118322
Nurdin Halid kirim  pendukung yg diseragami baju Orange yg kemudian berantem dengan anti Nurdin
Salam REVOLUSI PSSI!! Harga Mati..
Selamat pagi kawan-kawan, bagi yg aktif di forum-forum dunia maya mohon membantu menyebarkan surat klarifikasi dari Ketum The Jakmania
Lariko Ranggamone terkait berita di media tentang bentrokan preman yg ‘diseragami’ oranye dengan Supporter Anti Nurdin Halid kemarin di Jakarta.
Berikut Klarifikasi tersebut :
Kepada seluruh keluarga besar The Jakmania, Pengurus, Korwil, Anggota, Simpatisan, baik yang berada di JABODETABEK atau yang berada diKota - kota lainnya. Salam Jempol Telunjuk.Salam Indonesia saya sampaikan juga kepada kawan - kawan suppor…ter lainnya.
Hari ini kita semua tentunya sudah melihat, membaca dan mendengar pemberitaan di media elektronik, cetak maupun radio dan online, mengenai terjadinya bentrokan supporter yang diduga ( Bonek ) dan ( The Jakmania ) karena mereka menggunakan atribut masing - masing, saat Aksi menolak pencalonan Nurdin Halid sebagai calon Ketua Umum dan Pembekuan PSSI oleh Pemerintah, pada Kamis 24 Februari 2011 di seputar SUGBK dan MENPORA, yang menempatkan keduanya pada posisi PRO dan KONTRA
Terkait pemberitaan tersebut, maka saya sebagai Ketua Umum The Jakmania melalui pesan harian ini, menyampaikan hal - hal sebagai berikut :
1. Bahwa Keputusan Organisasi tidak memutuskan untuk aksi pada Kamis 24 Februari 2011, mengingat aksi yang sesungguhnya adalah Rabu 23 Februari 2011, jadi dipastikan bahwa itu bukan gerakan yang dilakukan organisasi The Jakmania
2. Bahwa bentrokan yang terjadi siang tadi merupakan bagian dari Skenario besar untuk mencemarkan nama baik The Jakmania yang selama ini, sejak 5 tahun lalu sudah menyatakan oposisi terhadap kepemimpinan Nurdin Halid, yang dilakukan oleh mereka yang inginkan Nurdin Halid tetap berkuasa
3. Bahwa target dari skenario ini adalah untuk memecah belah kekuatan gerakan moral supporter Indonesia untuk Revolusi PSSI
4. Bahwa saat ini ! Musuh The Jakmania adalah Rezim PSSI yang aMoral dan Korup, bukan sesama supporter Indonesia
5. Seruan kepada seluruh kekuatan gerakan Revolusi Moral PSSI, untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan diantara kita ! Hanya dengan kekuatan yang terorganisir, maka kita bisa mengalahkan kejahatan yang terorganisir !
Diam di tindas atau Bangkit Melawan !
Salam
Jakarta 24 Februari 2011
Ketua Umum The Jakmania
Lariko Ranggamone

Pernyataan Sikap he Jakmania Terhadap Nurdin Halid

JAKARTA - Aksi demonstrasi pecinta sepakbola Indonesia yang menuntut Ketua Umum PSSI Nurdin Halid lengser dari jabatannya semakin meluas. Sebagian besar elemen sepakbola Indonesia minta revolisi PSSI segera dilakukan.

Selain itu, elemen pecinta sepakbola Indonesia juga memiliki sikap yang intinya anti-Nurdin. Demikian pula dengan Jakmania, fan setia Persija Jakarta.

Berikut lima pernyataan sikap Jakmania.

1. Kami The Jakmania menyatakan tidak mengakui Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI dan kami nyatakan demisioner.

2. Kami The Jakmania menyatakan keputusan Komisi Pemilihan Ketua Umum PSSI yang menjegal calon lain adalah pengkhianatan moralitas dan hukum.

3. Kami The Jakmania menyatakan menolak Nurdin Halid sebagai calon ketua umum PSSI periode 2011-2015.

4. Kami The Jakmania menyatakan untuk memindahkan lokasi kongres ke Jakarta agar dapat diakses masyarakat luas.

5. Kami The Jakmania menyatakan agar pemerintah dapat mengambil langkah-langkah tegas kepada PSSI

Jakarta, 23 Februari 2011
The Jakmania

Sejumlah The Jakmania yang berdiri di depan gerbang kantor PSSI juga mengusung sebuah keranda yang ditutupi kain putih bertuliskan Demokrasi PSSI, dilengkapi bendera kuning tanda kematian

The Jakmania Merasa Dimanfaatkan Kelompok Nurdin Halid

The Jakmania Merasa Dimanfaatkan Kelompok Nurdin Halid
Share on Facebook Share on Twitter  Print Berita Ini   +  
Jakmania Merasa Dimanfaatkan Kelompok Nurdin Halid
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Ilustrasi --- Aksi penolak terhadap Nurdin Halid masuki hari ke 3 semakin memanas. Para Demostran akhirnya merantai dan menggembok kantor PSSI Pusat, Jakarta. Rabu (24/2/2011)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok suporter pendukung Persija Jakarta, The Jakmania merasa dimanfaatkan oleh kelompok Nurdin Halid yang kemarin melakukan penyerangan terhadap suporter yang melakukan aksi unjuk rasa menunut pembubaran PSSI.

Dalam penyerangan kemarin, para pengunjukrasa kelompok pendukung Nurdin Halid memang menggunakan seragam serta atribut Jakmania. Mereka juga menggunakan kayu dan batu sebagai senjata mereka memprovokasi massa suporter yang datang dari daerah.

"Keputusan organisasi tidak memutuskan The Jakarta melakukan aksi pada Kamis 24 Februari 2011 kemarin. Karena aksi yang sesungguhnya sudah dilakukan sehari sebelumnya. Jadi dipastikan bahwa itu bukan gerakan yang dilakukan The Jakmania," ujar Ketua Umum The Jakmania, Lariko Ranggamone.

Dengan adanya insiden tersebut, Jakmania merasa telah dimanfaatkan kelompok pendukung Nurdin Halid untuk memecah belah aksi suporter yang menghendaki revolusi total di tubuh PSSI. Mereka menganggap, kerusuhan yang dibuat pendukung Nurdin Halid dengan memakai atribut Jakmania juga sebagai tindakan pencemaran nama baik kelompok suporter tersebut.

"Bentrokan yang terjadi kemarin merupakan bagian dari skenario besar untuk mencemarkan nama baik The Jakmania yang selama ini, sejak 5 tahun lalu sudah menyatakan oposisi terhadap kepemimpinan Nurdin Halid," ujar Lariko.

Rabu, 09 Februari 2011

HADIAH JUARA BUAT WARGA KOTA ( PERSIJA JUARA 1973 )

HADIAH JUARA BUAT WARGA KOTA ( PERSIJA JUARA 1973 )

Kesebelasan Persija berhasil mengalahkan kesebelasan Persebaya (1-0) dalam grandfinal kejuaraan nasional PSSI. Persebaya bermain kasar dan nyaris terjadi baku hantam. Wasit Djuremi tak berwibawa.
DI bawah tatapan mata gubernur Moh. Noer, kesebelasan Persebaya berbuat segala-galanya untuk merebut kembali gelar juara yang pernah direnggutnya 21 tahun yang lalu — termasuk bermain keras. Namun lebih dari 100.000 perionton Stadion Utama menyaksikan pula bahwa permainan keras yang menjurus kotor itu justru merupakan racun yang membunuh peluang juara Persebaya. Malam itu, Selasa tanggal 12 Desember, praktis merupakan peristiwa ulangan dua tahun yang lalu (6 Oktober 1971) di antara kedua kesebelasan dalam memperebutkan Kejuaraan Nasional PSSI. Dan dengan posisi tanpa kompromi yang kurang menguntungkan Persija, semula para pecandu bola dihadapkan pada teka-teki, taktik dan strategi apa yang akan dikembangkan oleh kedua kesebelasan pada saat-saat yang menentukan itu.
Daerah-tak-bertuan. Tapi rupanya untuk menjawab teka-teki itu, sepak-terjang Rusdi Bahalwan, back kiri Persebaya, memegang kuncinya. Menit-menit pertama ia berpapasan dengan Iswadi kanan-luar Persija, dan cara Rusdi membendung terobosan Kapten Persija ini, segera menjawab dengan komplit apa yang akan terjadi pada sisa-sisa pertandingan yang masih panjang. Ditambah pula dengan Wasit Djuremi yang berkwalifikasi kelas FIFA — tapi agaknya lupa membawa kartu merah — jelas pimpinannya ini memberi inspirasi bagi Persija untuk melayani tantangan lawan di kandang sendiri. Begitulah jadinya: ketika Sutan Harhara berusaha menghadang Kadir dengan cara Rusdi, arena pertandingan nyaris berubah menjadi daerah tak bertuan. Pada menit ke-15 dan selama 6 menit: petugas keamanan, wartawan-foto, ofisial dan cadangan kedua kesebelasan turut sibuk di dalam adegan yang disensu TVRI. Nampaknya siasat Persebaya unluk menteror mental anak-anak Ibukota dengan kekerasan fisik paling tidak untuk sementara berhasil. Ketika Iswadi dan Jacob Sihasale setuju untuk melanjutkan permainan, Anjasmara, Sofyan Hadi dan Sumirta nampaknya mulai ciut nyalinya. Sementara Iswadi lebih berhati-hati, meski dalam duel ia toh memperlihatkan kelihayannya untuk mengelak ataupun menggasak kaki lawan. Di dalam kemelut keras lawan keras tanpa wibawa wasit Djuremi, hanya etika pemain dan disiplin penonton agaknya yang menyelamatkan final ini dari situasi yang memburuk.
Bermuka-kartu. “Sayang Persija terpancing oleh permainan kasar Persebaya”, kata Sarman Panggabean pada TEMPO sewaktu turun minum. “Mereka sebenarnya jangan meladeni”, tambah Ronny Paslah yang turut menyaksikan di pinggir lapangan. Kedua pemain edan itu bukan tidak tahu bahwa resep mujarab yang biasa dipaka PSMS mengalahkan Persija, kini sedang ditrapkan Persebaya terhadap anak-anak Jaya. Tapi rupanya lain Medan, lain Persebaya. Yang pertama memancing kemarahan lawan, bikin groggy mentalnya dan mencuri peluang ketika lawan lengah. Sementara Persebaya lebih mirip menjaring, hantam-kromo dan merusak keseimbangan kerjasama trio Ngurah Ray – Waskito – Kadir. Dan jangan lupa pemain seperti Risdianto yang selalu bermuka-polos bukan tidak tahu ia dan rekan-rekannya berada dalam jaring Persebaya. Itulah sebabnya di babak kedua ketika kiper Tjong dan barisan belakang Persebaya bersantaisantai mempermainkan bola – dengan maksud mengulur waktu dan memaksa pertandingan berakhir seri – Risdianto mengatur barisan depan Persija memulihkan kepercayaannya. Kesempatan itu akhirnya tiba di menit ke-78, ketika Andi Lala yang menggantikan Arwiyanto dimakan Diono. Tendangan bebas untuk Persija dali daerah penalti Persebaya terjadi. Risdianto berbisik pada Lala. Barangkali penyerang-tengah Persija ini mengingatkan rekannya bahwa dalam beberapa pertandingan terdahuhl ia terlampau sering mengecewakan suporter Persija dalam adegan di muka gawang. Dan dengan sebuah cuilan, bola disuguhkan pada Lala. Pekerjaan selan jutnya adalah menggenjot biji longkong itu ke sudut kanan gawang Persebaya. Seantero Stadion bergema. Yang tua yang muda, semuanya bangkit menyambut bobolnya gawang Tjong. Hadiah Natal dan Tahun Baru bagi warga ibukota. Bola bergulir lagi. Kini giliran Hudo Hadianto bersantai-santai. Wasit Djuremi nampaknya bingung melihat Persija bisa menang. Dan iapun makin melongo ketika Persija sama pandainya mengulur-ulur waktu.
Biang Kerok. “Tiada perarutan untuk menindak taktik mengulur waktu”, kata Ketua Komisi Wasit PSSI, Besus. Meskipun Besus mengakui bahwa biangkerok yang merampas mutu final kejuaraan 1973 ini diawali pada menitmenit pertama, ketika Djuremi sudah harus memperingatkan Rusdi Bahalwan dengan kartu kuning. “Saya akui pimpinan wasit amat buruk”, katanya pada TEMPO seusai pertandingan. Dan brengseknya pimpinan wasit itu tak perlu dipungkiri, ikut pula merusak mutu permainan yang semula diharapkan paling tidak bisa berkembang seperti dalam final Persija – Persebaya (1-1) dua tahun lalu. Tapi siapa nyana, kali ini ditutup dengan pertandingan yang paling jorok dari seluruh pertandingan di babak final kejuaraan 1973. Dan siapapun yang mencintai olahraga keras ini, toh tidak akan memicingkan mata terhadap pemerkosaan kaidah-kaidah permainannya.(GRY-JO)
Sumber : Tempo 22 Desember 1973

Save Our Lebak Bulus Stadium.. Save Our History..!!


JakOnline-Setelah punahnya Stadion Menteng di kawasan Jakarta Pusat, pecinta sepakbola ibukota, bakal kembali kehilangan salah satu stadion kebanggaannya yang juga mempunyai nilai sejarah tinggi bagi Persija Jakarta, Kali ini giliran Stadion Lebak Bulus di kawasan Jakarta Selatan yang rencananya bakal tergusur berkenaan dengan adanya rencana pembangunan stasiun pusat atau depo Mass Rapid Transit (MRT) atau kereta bawah tanah (subway) Tahap I Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI).

Hal tersebut terungkap dari pernyataan Walikota Jakarta Selatan, Syahrul Effendi, yang mengaku tengah mencari lahan pengganti stadion yang pernah menjadi markas klub kebanggan warga Jakarta Persija ini. “Kami memang sedang mencari lahan penganti lapangan sepak bola Lebak Bulus karena lokasi itu bakal terkena perluasan depo MRT bila proyek tersebut selesai dilakukan,” kata Syahrul. Penggusuran ini dilakukan lantaran adanya penambahan luas lahan. Jika sebelumnya dibutuhkan hanya sekitar 7.000 meter, namun terjadi perluasan menjadi 1 hektare. Sehingga bukan hanya Terminal Lebak Bulus saja yang terkena imbas namun bakal menjalar hingga ke Stadion Lebak Bulus.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Dinas Olah Raga dan Pemuda DKI, Rationo, yang menyatakan saat ini pihaknya juga tengah mencari lahan pengganti Stadion Lebak Bulus. “Pengadaan lahannya akan dilakukan 2012 dan diharapkan 2013 pembangunan stadion pengganti yang lebih modern dapat dimulai pembangunannya,” ucap Rationo yang kabarnya stadion pengganti ini nantinya akan tetap berada di wilayah Jakarta Selatan. (Harian Pos Kota)

Stadion Lebakbulus sediri berkapasitas 12.500 orang dan stadion ini merupakan salah satu stadion bertaraf internasional di Indonesia selain Stadion Utama GBK di Jakarta. Stadion ini pun pernah menyelenggarakan Kualifikasi Piala Asia U-16 2008 Grup G dan bagi pecinta sepakbola Jakarta, stadion Lebak Bulus di era tahun 80an-90an menjadi stadion legendaris buat Pelita Jaya yang beberapa kali menjuarai Galatama, semifinalis Piala Champion Asia dan beberapa gelar hadir di stadion ini, bahkan pemain bintan dijamannya seperti Roger Mila, Mario Kempes dan Maboan Kessack bintang Piala Dunia pernah merasakan stadion Lebak Bulus ini. di era Persija stadion ini menjadi kandang macan yang sangat disegani lawan-lawannya di era 90-an hingga akhir 2000-an.(JO)

Beberapa event penting sepakbola yang pernah digelar di Stadion Lebak Bulus :
Event Besar
- Piala Emas Bang Yoss 2003
- Piala Emas Bang Yoss 2004
- Piala Emas Bang Yoss 2005
- Piala Emas Bang Yoss 2006
- Piala Asia U-17 2007
Big Match
- Final Piala Emas Bang Yoss 2003 (Persija sebagai juara)
- Final Piala Emas Bang Yoss 2004 (PSMS sebagai juara)
- Final Piala Emas Bang Yoss 2005 (PSMS vs Geylang United Singapura 5-1)
- Final Piala Emas Bang Yoss 2006 (PSMS vs PSIS, PSMS juara)

SAVE OUR LEBAK BULUS STADIUM, SAVE OUR HISTORY..!!

Tags

AFF cup (2) Berita (23) Fifa (3) Garuda (9) Indonesia (3) ISL (1) Liga Primer Indonesia (2) LPI (6) Persija (6) Prestasi (2) Pssi (22) Sejarah (5) The Jak Mania (7)